Di beberapa platform media sosial, terlihat orang asing dan penyanyi asal Amerika Serikat, Prancis, Thailand, Rusia, dan negara lain terlihat membawakan dangdut dengan lancar dan gembira.
Bondowoso, Jawa Timur (ANTARA) – Indonesia memiliki kekayaan budaya di bidang seni, termasuk musik, seperti dangdut yang digandrungi masyarakat dari semua lapisan masyarakat.
Meskipun penduduk lokal terbiasa meremehkan keunikan mereka, orang asing sering kali menganggap sesuatu yang unik bisa jadi luar biasa.
Penyebaran virus pacu jalur tari di luar negeri membuktikan betapa budaya tradisional memiliki daya tarik yang kuat bagi penonton asing.
Dalam masyarakat Indonesia, dangdut sering dikaitkan dengan “musik kampung”. Namun, setiap orang, dari negara mana pun, memiliki selera subjektif terhadap musik yang tidak dapat diukur berdasarkan kelas sosial.
Dangdut, genre campuran pengaruh Melayu, India, dan Timur Tengah, memikat dengan ritme yang lincah, tabuhan gendang, dan ornamen vokal khas yang membawa kegembiraan. Saat musik dangdut diputar, semua orang merasa terdorong untuk bergerak.
Di beberapa platform media sosial, terlihat orang asing dan penyanyi asal Amerika Serikat, Prancis, Thailand, Rusia, dan negara lain terlihat membawakan dangdut dengan lancar dan gembira. Hal ini menunjukkan bahwa apa yang sering dianggap bernilai rendah di dalam negeri mungkin akan sangat menarik bagi pihak luar.
Oleh karena itu, wajar jika Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengusulkan musik, khususnya dangdut, sebagai sarana diplomasi soft power.
Zon mencatat, negara lain sudah melakukan diplomasi melalui musik dan mendapatkan pengakuan dunia, seperti Amerika Serikat, India, dan Korea Selatan.
Ia menegaskan, Indonesia kaya akan bakat dangdut, dan genre tersebut secara alami berkembang menjadi berbagai perpaduan gaya.
“Misalnya, dangdut koplo dan pertunjukan yang menggunakan bahasa daerah – ini akan mudah diterima di mana pun,” katanya pada 25 Oktober.
Zon menggarisbawahi, dangdut merupakan salah satu genre musik terpopuler dan mempunyai tempat tersendiri di hati masyarakat Indonesia.
“Kita tahu musik itu salah satu bentuk soft power. Banyak negara sudah memanfaatkan musik sebagai soft powernya. Kita ingin dangdut juga menjadi gelombang dangdut global,” ujarnya.
Menkeu menegaskan, dukungan negara terhadap promosi dangdut sejalan dengan amanat konstitusi untuk memajukan kebudayaan.
Gelombang dangdut harus berkontribusi terhadap peradaban global, karena sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 32 Ayat (1) UUD 1945, negara memajukan kebudayaan nasional dalam peradaban dunia dengan tetap menjamin masyarakat melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai budaya, jelasnya.
Berita terkait: Menpar dukung konser musik dangdut untuk membangkitkan perekonomian
Jembatan diplomasi
Bagi Korea Selatan, musik telah menjadi jembatan nyata antar negara, yang sekarang dikenal secara global sebagai “Korean Wave,” atau K-Pop.
K-pop telah melampaui popularitas musik pop dan rock Amerika, menjadi genre yang dipuja dan dinikmati oleh masyarakat di seluruh dunia, termasuk masyarakat Indonesia.
Sedangkan dangdut dengan alat musik khasnya seperti ketipung gendang dan seruling, juga dapat menciptakan suasana meriah.
Dalam genre musik lain, seorang penyanyi biasanya memikat penontonnya terutama melalui melodi vokal; Dalam dangdut, penonton ikut aktif menggerakkan badannya seirama.
Dangdut menjanjikan pesona katarsis – pelepas stres dan kelegaan bagi pikiran yang galau, bahkan bagi pendengar di luar Indonesia.
Hampir bisa dipastikan tidak ada orang yang menari dangdut dengan wajah cemberut; semua orang bergerak dengan wajah ceria dan senyuman.
Sebelumnya, pemerintah Indonesia berupaya memperluas soft power diplomacy melalui bahasa Indonesia. Kini, musik dangdut bisa menjadi alat yang paling efektif.
Selain menjadi bahasa resmi di UNESCO, Bahasa Indonesia telah menjadi bidang studi yang menarik bagi pelajar asing di banyak negara. Beberapa universitas di luar negeri kini menawarkan program bahasa Indonesia.
Seperti yang sering terjadi ketika belajar bahasa asing, musik sering kali digunakan untuk mempercepat penguasaan.
Dangdut menemukan momennya — tidak hanya untuk menghibur masyarakat Indonesia tetapi juga mengajak orang asing untuk menikmati ritmenya. Dangdut dapat menjadi sarana pelengkap pengajaran bahasa Indonesia kepada warga negara asing.
Dangdut juga akan memperkuat pengakuan budaya Indonesia, menyusul pencanangan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 15 Desember 2021.
Tentunya mewujudkan visi Kementerian Kebudayaan untuk menjadikan dangdut sebagai alat soft power diplomacy memerlukan kerja keras dan dukungan luas dari seluruh pemangku kepentingan.
Belajar dari kesuksesan global K-pop, kebangkitannya tidak terjadi dalam semalam namun melalui upaya yang berkelanjutan.
K-pop dan K-drama mencapai ketenaran di seluruh dunia melalui investasi yang terencana dengan baik. Berkat kegigihan seluruh pemangku kepentingan – mulai dari pemerintah hingga praktisi industri musik – Korea Selatan kini menuai hasil dari diplomasi budaya melalui musik.
Mengikuti jejak Korea, Indonesia menyaksikan meningkatnya popularitas drama Tiongkok.
Untuk itu, Indonesia memerlukan upaya terencana untuk mempopulerkan dangdut secara global. Promosi besar-besaran dan konsisten sangat penting agar dunia bisa menari mengikuti irama dangdut.
Untuk mengglobalkan dangdut, Indonesia harus memaksimalkan media sosial yang telah meruntuhkan sekat-sekat antar negara. Namun promosi konvensional juga tidak boleh diabaikan.
Berita terkait: Menteri menargetkan menjadikan dangdut sebagai soft power Indonesia berikutnya
Berita terkait: Indonesia bertujuan untuk mendaftarkan dangdut sebagai warisan budaya UNESCO
Hak Cipta © ANTARA 2025



